Hakikat Tujuan Dakwah, Meliputi : Filsafat Tujuan, Fungsi Tujuan, Tahap-Tahap dalam Mencapai Tujuan dan Ciri-ciri Tujuan Dakwah Islam
A.
Hakikat Tujuan
Kata hakikat merupakan kata benda yang berasal
dari bahasa Arab yaitu dari kata “Al-Haqq”, dalam bahasa indonesia menjadi kata
pokok yaitu kata “hak“ yang berarti milik (kepunyaan), kebenaran, atau yang
benar-benar ada, sedangkan secara etimologi Hakikat berarti inti sesuatu,
puncak atau sumber dari segala sesuatu.
Dapat
disimpulkan bahwa Hakikat adalah kalimat atau ungkapan yang digunakan untuk
menunjukkan makna yang yang sebenarnya atau makna yang paling dasar dari
sesuatu seperti benda, kondisi atau pemikiran, Akan tetapi ada beberapa yang
menjadi ungkapan yang sudah sering digunakan dalam kondisi tertentu, sehingga
menjadi semacam konvensi, hakikat seperti disebut sebagai hakikat secara adat
kebiasaan.[1]
Tujuan
dalam bahasa Inggris disebut goal atau objektif, Tujuan merupakan langkah pertama dalam membuat
perencanaan sehingga dalam pelaksanaannya nanti terarah sesuai dengan tujuan
dan hasil yang ingin dicapai. namun demikian, banyak individu/organisasi yang
salah kaparah dalam menentukan tujuan dengan cara membuat beberapa tujuan dalam
sebuah perencanaan. Hal ini tentu akan membingungkan dan berakibat kurang
maksimalnya hasil yang bisa dicapai.
Tujuan
merupakan pernyataan tentang keadaan yang diinginkan di mana organisasi atau
perusahaan bermaksud untuk mewujudkannya dan sebagai pernyataan tentang keadaan
di waktu yang akan datang di mana organisasi sebagai kolektivitas mencoba untuk
menimbulkannya.[2]
Sedangkan
Pengertian Hakikat Tujuan menurut penulis yaitu makna sebenarnya dari apa yang
ingin kita capai yaitu suatu tujuan.
B. Filsafat Tujuan
Filsafat
merupakan suatu perenungan atau pemikiran secara mendalam terhadap sesuatu hal
yang telah kita lihat dengan indera penglihatan, kita rasakan dengan indera
perasa, kita cium dengan indera penciuman ataupun kita dengar dengan indera
pendengaran samapai pada dasar atau hakikat daripada sesuatu hal tersebut.
Filsafat
dapat kita jadikan sebagai pisau analisis dalam menganalisa suatu masalah dan
menyususn secara sistematis suatu sudut pandang ataupun beberapa sudut pandang,
yang kemudian dapat menjadi dasar untuk melakukan suatu tindakan.[3]
Penulis
menyimpulkan Filsafat Tujuan adalah mengkaji sesuatu secara mendalam, mendasar,
radikal, universal, dan integral yang dilakukan secara sistematis, analitis,
logis dan argumentatif sehingga kita dapat menemukan hakikat, subtansi, atau
esensi dari suatu Tujuan yaitu apa yang ingin dicapai melalui
perencanaan-perencanaan yang dilakukan.
C. Fungsi Tujuan
Banyak orang yang putus asa dalam hidup akibat
kerja keras tentunya hal ini sangatlah ironis mereka mengerahkan energi yang
besar untuk bekerja tetapi tidak merasakan hasil yang bermakna. Mereka bagaikan hamster yang berlari di dalam roda putarnya.
Terus berlari dan berputar dalam roda
dengan sekuat tenaga tetapi tidak memperoleh kemajuan yang nyata.
Dalam
hidup banyak orang yang terperangkap dalam efek roda hamster .ia terus mengikui
siklus aktifitas yang telah ditetapkan.ia terjebak dalam rutinitas tanpa adanya
prestasi yang nyata. Alih-alih bukannya Kemajuan yang diperoleh, tetapi putus
asa, depresi, bosa, dan rendah hdiei menjadi kabut tebal yang menghalangi
prestasi.
Salah
satu alasan mengapa banyak orang yang terperangkap dalam efek roda hamster
adalah karena tidak memiliki tujuan. Ia tidak meluangkan sebagian waktunya
untuk memikirkan sejenak hal apa yang
sebenarnya ia inginkan . Akhirnya ia menjalani perjalanan besar (perjalanan
kehidupan) tanpa adanya arah dan tujuan).
Sehebat-hebatnya
sesorang jika tidak memiliki tujuan yang jelas tidak akan pernah mencetak
prestasi. Contoh Valentino rossitidak akan pernah juara moto GP jika tidak ada
garis finish. Cristian Ronaldo tidak akan mencetak gol jika tidak ada gawang. Hak ini juga berlaku dalam semua aspek
kehidupan. Pengusaha harus menentukan Tujuan agar bisa berprestasi. Setiap orang perlu menentukan tujuan agar
bisa meraih apa yang benar-benar ia inginkan.
Menentukan
tujuan akan membuat anda percaya diri
dalam menjalankan aktivitas. Anda akan merasakan proses yang sebelumnya kelabu
menjadi penuh warna. Anda akan bangga dengan usaha yang andalakukan dengan
penuh percaya diri dan keyakinan bahwa kita telah berada di trek yang benar
untuk meraih apa yang benar-benar kita inginkan.
Dengan
menentukan Tujuan yang jelas, kita bisa memaksimalkan segenap sumber daya yang
kita miliki. Dengan mengalokasikan sumber daya pada tempat yang benar, kita
akan terhindar dari menyia-nyiakan sumber daya yang merupakan anugrah Allah
SWT. Contoh orang yang menyioa-nyiakan sumber daya adalah mereka yang
terperangkap dalam efek roda hamster
mereka terus dalam roda putarnya tanpa ada prestasiyang nyata.
Dengan
mennetukan tujuan anda kita akan memperoleh gambaran yang sangat jelas akan
masa depan. Juga akan lebih fokus, efektif, mudah mengambil keputusan,
terhindar dari stress, dan yang paling kita dapat menemukan tujuan yang
benar-benar kita inginkan.
Kita
kaitkan dengan Fungsi Tujuan Dakwah, fungsi tujuan dalam proses dakwah
merupakan faktor yang paling penting dan sentral dimana tujuan itulah
dilandaskan segenap tindakan dalam rangka usaha kerja sama, tujuan adalah
merupakan landasan utama, agar
aktivitas/kegiatan dakwah dalam segala segi kehidupan itu dapat dilakukan
secara efektif perlulah ditetapkan dan dirumuskan nilai-nilai atau hasil-hasil
yang harus dicapai oleh aktivitas dakwah pada masing-masing segi atau bidang
itu.[4]
D. Tahap-tahap
dalam Mencapai Tujuan
Untuk
mencapai tujuan lakukan langkah-langkah sebagai berikut : (1) menentukan
tujuan, (2) evaluasi diri, (3) mencari strategi, (4) menyusun rencana, (5)
melaksanakan kegiatan
1. Tentukan tentukan- tujuan dengan
mendeskripsikan tujuan tersebut dengan kalimat positif, menentukan indikator
keberhasilan dan jangan lupa untuk mensosialisasikannya kepada relasi atau
orang-orang terdekat
2. Lakukan evaluasi diri dengan menentukan apa
yang telah dihasilkan selama ini berikut pengorbanannya, analisis hasil dan
pengorbanan tersebut dan gunakan untuk memantapkan tujuan
3. Carilah stategi untuk mencapainya dengan
menganalisis masalah yang dihadapi pada waktu mencapai tujuan sebelumnya,
susunlah alternatif cara mencapainya kemudian pilih alternatif terbaik.
4. Susunlah rencana dengan menjabarkan alternatif
cara mencapai tujuan dalam bentuk kegiatan, jadual serta sumber dan jumlah dana
yang diperlukan
5. Jalankan kegiatan sesuai rencana dan lakukan
dengan konsisten, lakukan evaluasi dan perbaiki hasilnya.
Setiap dakwah harus melalui
tiga tahap (marhalah), yaitu :
1. Tahap penerangan (ta’rif) atau tahap
propaganda, memperkenalkan, menggambarkan ide (fikrah) dan menyampaikannya
kepada khalayak ramai dan setiap lapisan masyarakat .
2. Tahap pembinaan dan pembentukan (Takwin) yaitu
tahap pembentukan, memilih pendukung, menyiapkan pasukan, mujahid dan mujahidah
dakwah serta mendidiknya. Mereka dipilih dari orang-orang yang telah menyambut
seruan dakwah.
3. Tahap pelaksanaan (tanfidz) yaitu tahap
beramal, berusaha dan bergerak mencapai tujuan
Ketiga
tahapan tersebut selalu bergandengan dan harus disesuaikan satu sama lainnya,
karena kekuatan dan kesatuan dakwah bergantung pada kekompakn seluruh tahap
tersebut. Oleh karena itu para pendukung dakwah dalam melancarkan dakwahnya
harus memiliki dan membentuk anggota dakwah, dan dalam waktu yang sama dia bergerak
melaksanakan apa yang dapat dilaksanakan.
Tahapan
ini tidak akan terwujud dengan sempurna, kecuali harus mlalui sususnan yang tertib.
Sebab suatu pembentukan misalnya tidak akan berjalan secara sempurna tanpa
lebih dahulu malalui tahapan pengenalan dan pemahaman yang baik dan benar.
Begitu juga suatu pelaksanan tidak mungkin lengkap dan sempurna tanpa melalui
proses tahaP pembentukan (pembinaan) dasar pendidikan yang sempurna pula.
1) Pengenalan
(At-Ta’rif) dakwah/penerangan/penyebaran ide
Tahap pengenalan
ini sangat mendasar , sebab merupakan langkah awal dalam perjalanan dakwah.
Setiap kesalahan atau penyimpangan yang terjadi dalam peringkat pengenalan dan
pemahaman ini akan membawa akibat buruk dan menjadikan perjalanan dakwah
terpeleset jauh dan garis edarnya. Allah berfirman dalamsurat Al-An’am : 153
artinya :
“Ikutilah
dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jaln itu
mencerai-beraikan kamu dari jaln-Nya yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertakwa” (Qs Al-An’am : 153) .
Pada masa
Rasulullah saw. Islam telah disempurnakan perkembangan dan penyampaiannya
menurut bentuknya yang baik dan benar, bersih dari segala campuran, kekurangan
dan penyelewengan. Jibril membawa turun wahyu Allah kepada umat manusia dengan
amanah danbenar. Akhirnya islam menjadi sempurna dalam bentuk orisinal dan
suci.
Walau
islam dalam sejarahnya terus menerus dihadapkan kepada berbagai tantangan, tipu
daya dan gangguan yang mencoba membutruhkan, menghapuskan dan
mencerai-beraikannya dari satu bagian ke bagian yang lain yang dilakukan oleh
musuh-musuh islam, atau berupa penyelewengan-penyelewengan dari para
ekstrimis-ektrimis dari kalangan kaum mmuslimin sendiri. Namun Allah tetap
memelihat kitab (Al-quran) dan menjaminnya dengan pasti. Disamping itu banyak
sekali ulama-ulama yang menulis mengumpulkan hadis-hadis Rasulullah saw. Yang
menulis dan menepisnya dari segala macam pemalsuan. Maka Ta’rif yang merupakan
salah satu tahapan dakwah yang menjadi sasaran adalah Totalitas dakwah dan
menjadi seorang Dai yang berpegang pada uslub dakwah.
2) Tahap
(Takwin) Pembentukan dan Pembinaan
Tahap
penerangan dan proganda atau tahap perkenalan ide, jika tidak diiringi dengan
tahap pembentukan dan pembinaan (takwin) atau pemilihan pendukung dan pembela
seperti gologan Ansar dan Hawariyun, dan mempersiapkan pasukan atau laskar
serta mengatur taktik barisan dari kalangan orang-orang yang diseru (mad’u),
kemungkinan akan menjadikan segala usaha yang telah dikorbankan pada tahap
penerangan dan pengenalan ide dakwah akan menjadi sia-sia, bahkan akan hilang
tanpa bekas.
Banyak
dikalangan kaum muslimin yang diseru sekarang ini akan dilahirkan dan
dibesarkan dalam suatu masyarakat yang jauh dari jiwa Islam, menjadikan suatu
masyarakat yang akan dikuasi oleh adt istiadat dan tradisi yang telah hancur ,
yang telah meresap dan bersatu dalam diri dan kehidupan mereka. Jadi bagi
seorang da’I yang menyeru manusia kejalanAllah, memanggil manusia untuk hidup
secara islami, harus memperhatikan dengan serius dan bereusaha sunguh-sunguh
dalam membersihkan diri mereka dari segala tradisi Islam yang suci, akhlak
Islam dan membentuk hidup manusia menurut karakter Islam , serta mengembalikan
kehidupan mereka menurut cara-cara kehidupan yang islami.
3) Tahap
Pelaksanaan (tanfidz) yaitu tahap beramal, berusaha dan bergerak mencapai
tujuan.
Pada tahap
ini seorang kader dakwah sudah mampu melakswanakan dan mengamalkan nilai-nilai
islam secara total. Dakwah dalam tahapan ini adalah jihad, tanpa kenal sikap
plin-plan, kerja terus-menerus untuk mengapai tujuan akhir, dan kesiapan dalam
menanggung cobaan dan ujian yang tidak mungkin bersabar atasnya kecuali
orang-orang yang tulus. Menurut Syaikh Hasan al-Banna menyebutkan bahwa dakwah
ini terdiri dari bebrapa tahap, yakni : ta’rif, Takwin, dan tanfidz. Dengan
inilah kita mengantarkan umat islamdari satu tahap ke tahapan lain dari satu
kondisi ke kondisi lain, sehingga dapat mengantarkan mereka ke tujuan.[5]
E. Ciri-ciri
Tujuan Dakwah Islam
Tujuan umum dakwah islamiyah ialah membumikan
ajaran islam(ajaran tauhid) dan memperkenalkan Allah dan Rasul-Nya kepada
manusia seluruhnya sehingga mereka tampil sebagai umat terbaik yang selalu
tunduk dan patuh terhadap semua perintah dan larangan Allah sebagaimana yang
diperkenalkan oleh rasulullah SAW.
1. Tujuan pembebasan (liberasi sosial)
Adapun program kegiatan
dakwah dan penerangan agama tidak lain adalah untuk menumbuhkan pengertian,
kesadaran, penghayatan dan dan pengalaman ajaran agama yang dibawakan oleh
aparat dakwah atau penerang agama.[6]
Secara internal, tujuan
dakwah adalah untuk membebaskan umat islam dari kefakiran dan kekufuran.
Sedangkan secara eksternal, dakwah juga berrujuan membebaskan manusia(tidak
hanya umat islam) dari berbagai ancaman, kesempitan dan kesengsaraan hidup.
Sehubungan dengan ayat tersebut, Allah menganjurkan umatnya untuk menjadi
pribadi yang selalu memberikan kesejukan dan rahmat bagi orang lain.
Dari beberapa tujuan
tersebut, Jum’ah Amin Abdul Aziz merincikan beberapa tujuan, antara lain:
a. Untuk memelihara agama (hifdhu al-din)
b. Memelihara jiwa (hifdhu al-nafs)
c. Memelihara akal (hifdhu al-‘aql)
d. Memelihara keturunan (hifdhu al-nasb)
e. Untuk memelihara harta (hifdhu al-mal)
2. Tujuan humanis
Humanisa telah muncul
menjadi suatu gerakan yang berupaya mengembalikan identitas diri manusia sebagai makhluk yang paling mulia
dimuka bumi. Gerakan ini bersifat komprehensif dan universal yang berupaya
mengembalikan sifat asli manusia dari sifat-sifat kebinatangan yang dilakoni
selama ini.[7]
Sebagai kitab dakwah,
al-Quran mengatur dan menjelaskan segala sesuatu yang berkenaan dengan dakwah,
baik pada aspek substansi maupun metodologi. Dengan demikian, Al-Quran harus
menjadi rujukan utama dalam setiap kegiatan dakwah. Maka hal-hal yang
menyangkut dakwah pun haruslah berlandaskan Al-Quran dan tidak keluar dari
ketentuan syariat. Dalam hal ini dakwah Islamiyah sedikitnya menyangkut aspek
berikut.[8]
1. Apa, adalah ajaran Islam dengan berbagai
dimensi dan substansinya.
2. Siapa pertama, yakni yang menyeru atau
menyampaikan adalah da’i ataupun juru dakwah.
3. Siapa yang kedua adalah sasaran dakwah atau
mad’u yang mana menjadi sasaran dakwah.
4. Cara, menunjukkan metode yang digunakan
dalam kegiatan dakwah.
5. Saluran, merupakan media yang digunakan dalam
berdakwah. Bisa berupa saluran langsung tatap muka (face to face). Juga dapat
berupa saluran media jarak jauh, seperti telepon dan televisi.
6. Untuk, menunjukkan tujuan dakwah.
Para
nabi yang telah Allah utus adalah teladan kita dalam dakwah Islam ini. Mereka
memiliki karakter yang luhur dalam menyampaikan dakwahnya. Kesabaran,
ketabahan, kekonsistenan dalam menyampaikan risalah ajaran yang agung ini telah
menunjukkan kepada kita keutamaan yang telah Allah anugerahkan kepada mereka.
Maka hendaknya kita mencontoh manhaj para nabi dan rasul, dalam berdakwah
menyampaikan risalah Islam. Terutama sekali manhaj dakwah nabi kita Muhammad SAW.
Berikut
adalah beberapa karakter dalam dakwah Islamiyah yang mencakup enam hal di atas.[9]
1.
Prinsip dasar yang berhubungan dengan materi dakwah.
a. Mendakwahkan sesuatu yang paling penting,
kemudian yang penting.
b. Mendakwahkan sunnah dan memberikan peringatan
terhadap bahaya bidah.
2.
Prinsip dasar yang berhubungan dengan juru dakwah.
a. Ikhlas
Dakwah
tidak akan berhasil kecuali jika semua perkataan, perbuatan, dan niat serta
tujuannya benar-benar ikhlas karena Allah, karena dakwah adalah ibadah. Dan disyaratkan
keikhlasan dan muttaba’ah. Amal itu tidak akan menjadi baik, sehingga ia ikhlas
dan benar. Dalam hal ini, Syaikh Muhammad Amin berkata, “Al-Quran trlah
menjelaskan bahwa amal shaleh adalah amalan yang memenuhi tiga hal, jika salah
satu hilang maka amal tersebut sama sekali tidak bermanfaat bagi pelakunya.
Diantaranya adalah amal tersebut benar-benar ikhlas karena wajah Allah yang
mulia, karena Allah berfirman,
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ
حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ
ٱلۡقَيِّمَةِ ٥
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.
b. Ilmiah (dakwah dengan ilmu dan bashirah).
Seorang dai yang lurus menyifati dirinya
dengan keilmuan dan bashirah yang benar sesuai dengan apa yang dikehendaki
Allah dan rasul-Nya.
c. Sikap santun dan sabar.
3.
Prinsip dasar yang berhubungan dengan objek atau sasaran
dakwah
a. Bijaksana.
4.
Prinsip dasar yang berhubungan dengan metode dakwah.
a. Hikmah
b. Nasihat
c. Debat (al-jadal)
d. Jihad
e. Melunakkan hati
f. Amar ma’ruf nahi munkar.
5.
Prinsip dasar yang berhubungan dengan media atau wasilah
dakwah.
a. Media-media yang bersifat biasa.
b. Media-media yang bersifat ibadah.
6.
Prinsip dasar yang berhubungan dengan tujuan dari dakwah.
a. Melaksanakan tanggung jawab syara’.
b. Berharap agar objek dakwah mendapatkan
hidayah.
Tujuan
dakwah adalah mengubah pandangan hidup manusia bahawa kehidupan di dunia ini
hanyalah sementara kerana yang berkuasa ke atas segalanya adalah Allah SWT.
Berdakwah penting dalam menyebarkan agama Islam kepada bukan hanya pada umat
Islam, tetapi juga kepada mereka yang masih tercari-cari makna sebenar
kehidupan ini.Tanpa dakwah, Islam tidak akan berkembang dan yang tinggal hanya
Islam keturunan.
Dakwah
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam mengembalikan manusia kepada
Allah SWT yang satu, TIADA yang lain selain Allah SWT. Mengajak manusia kepada
kebaikkan dan mencegah manusia daripada melakukan kemungkaran adalah satu
perkara wajib kita lakukan bagi setiap umat Islam. Apabila melihat kemungkaran
berlaku di depan mata tegurlah dengan cara yang berhemah dan bersesuaian.Walau
ilmu yang sedikit itu disampaikan, tetapi selagi ilmu yang sedikit itu
disampaikan dapat memberikan manfaat kepada yang lain, maka ilmu yang ada itu
tidak akan basi.Apalah guna ilmu yang sedikit itu jika tidak disampaikan, maka
sia-sia dan tidak bergunalah ilmu itu.
Dakwah
Islam memiliki beberapa karakter dan sifatnya sendiri yang menggambarkan
keadaan Islam sebenarnya. Dengan memahami karakter ini, kita akan mendapatkan
pemahaman yang jelas tentang dakwah sehingga ia dapat dikembangkan dan
dipelihara. Penggambaran karakter dakwah ini akan membentuk fikrah dan
kesadaran mengenai dakwah yang baik, benar dan perlu diikuti. Khashaish
ad-da’wah adalah ciri-ciri dakwah atau jamaah.
Beberapa
ciri-ciri ini ada yang berkaitan dengan program, tujuan, sifat, aktifitas,
serta proses perjalanan dakwah.
1)
Rabbaniyyah (berorientasi pada Allah)
2)
Islamiyyah QoblaJam’iyyah (Islam sebelum organisasi)
3)
Syaamilah ghoiru juz’iyah ( konprehensif tidak parsial)
4) Mu’ashiroh ghoiru taqlidiyyah (modern tidak
kuno)
5)
Mahalliyahwa ‘alamiyah ( lokal dan internasional)
6)
Ilmiyyah-Tau’iyah Islamiyah Al-Wa’y Al-Islami (ilmiah-Memberikan
Kesadaran Islam-Kesadaran Islam)
7)
Bashirah islamiyyah (Pandangan Islami)
8)
Mana’ ah al islamiyyah (proteksi Islami)
9) Inqilabiyyah ghoiru tarqiyyah (perubahan Total bukan tambal
sulam-pembela hak, Batil-Taqwa).[10]
Khoshoisud
da’wah adalah ciri-ciri dakwah atau jamaah. Berbagai ciri-ciri ini ada yang berkaitan
dengan program, sasaran, sifat, aktivitas, dan proses perjalanan dakwah.
Penggambaran ciri dakwah ini hanyalah sebagian saja tetapi semuanya merupakan
bagian dari sifat dan ciri Islam itu sendiri. Ciri dakwah yang disampaikan
disini adalah sebagian saja karena luasnya ciri dakwah Islam yang dimiliki.
Ciri dakwah Islam sesuai dengan ciri Islam itu sendiri. Penjabaran ciri-ciri di
bawah ini hanyalah berkaitan dengan hal-hal yang penting saja atau yang dapat
dijadikan sasaran.
1)
Rabbaniyah
Dakwah yang rabbaniyah adalah dakwah
yang me-Rabb (berorientasi kepada Tuhan). Rabbani berarti segala aktivitas
dakwah Islam harus merujuk kepada Allah sebagai Rabb. Minhaj dan ghoyah harus
dikembalikan kepada Allah Ta’ala. Beberapa petunjuk yang dapat dijelaskan di
sini adalah ciri dakwah rabbani berarti mereka yang terlibat dalam dakwah harus
melakukan tadarus dan ta’lim. Pelaku dakwah rabbani harus memiliki sifat yang
tidak lemah, tidak bersedih hati, tidak wahn tetapi berani dan siap berhadapan
dengan siapapun. Dakwah rabbani juga menjunjung tinggi syura yang merujuk
kepada Allah (sumber), Rasul (cara), dan ulil amri (nizam).
Dakwah rabbani juga mengambil aqidah dan tauhid sebagai sesuatu yang
utama, warna akhlak Islamiyah, ukhuwah Islamiyah, dan jihad juga merupakan ciri
dakwah rabbani. Dakwah rabbani juga bertumpu kepada tarbiyah takwiniyah dalam
membentuk kader dan kemudian menerjunkan kader ke dalam masyarakat melalui
ketokohan, kepakaran, dan keikut-sertaan.
Dalil, QS. Ali Imran 3:79
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah
berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada
manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah
Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang
rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya.
QS. Ali Imran 3:146 ;
وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيّٖ قَٰتَلَ
مَعَهُۥ رِبِّيُّونَ كَثِيرٞ فَمَا وَهَنُواْ لِمَآ أَصَابَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
وَمَا ضَعُفُواْ وَمَا ٱسۡتَكَانُواْۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٤٦
Dan berapa banyak nabi yang berperang
bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan
tidak lesu dan tidak (pula) menyerah kepada musuh). Allah menyukai orang-orang
yang sabar.
2.
Islamiyah qabla jam’iyah
Islam mengajak dan menyeru persatuan bukan perpecahan. Diantara penyebab
perpecahan adalah ta’asub dengan jamaah atau kumpulan. Allah Ta’ala berfirman
agar melarang kita berpecah belah dan berbangga-bangga dengan kumpulan, tetapi
Allah Ta’ala menyuruh kita bersatu di dalam Islam melalui aqidah Islamiyah dan
I’tisham bihablillah.
Islamiyah qabla jamiyah bukan menafikan peranan jamaah atau tidak
memerlukan jamaah atau kumpulan. Pernyataan ini adalah usaha meluruskan dan
untuk menduhulukan Islam dari jamaah sehingga mengenal Islam dan sadar Islam
adalah prioritas utama yang kemudian dapat menerima peranan jamaah setelah
kesadaran Islam. Hal ini akan membentuk sikap kepada pribadi untuk menerima
semua golongan atau mau berdakwah kepada semua go-longan sehingga memudahkan
munculnya dakwah ustadziyatul ‘ailam.
Pembedahan jamaah diberikan setelah kesadaran mad’u kepada Islam
sehingga penerimaan jamaah dilakukan dengan cara yang baik. Sikap kepada jamaah
sebagai wasilah dan bukan satu-satunya tujuan walaupun jamaah digunakan untuk
membawa dakwah kita.
Pendekatan Islamiyah juga berarti juga kita memberikan bagaimana
semestinya kita seorang muslim dengan dakwah Islamiyah akan terbentuk
syakhshiyah Islamiyah. Siapakah yang menjalankan dakwah ini? Jawabannya adalah
jamaah. Memberikan fikrah mengenai ciri-ciri dakwah Islam adalah usaha untuk
mengajak manusia ke dalam jamaah setelah mereka memerlukan atau memahami
kepentingannya.
Dalil:
QS. Rum (30):31-32 ;
مُنِيبِينَ إِلَيۡهِ وَٱتَّقُوهُ وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَلَا تَكُونُواْ مِنَ
ٱلۡمُشۡرِكِينَ ٣١ مِنَ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَكَانُواْ شِيَعٗاۖ كُلُّ
حِزۡبِۢ بِمَا لَدَيۡهِمۡ فَرِحُونَ ٣٢
Yaitu orang-orang yang memecah belah agama
mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga
dengan apa yang ada pada golongan mereka.Dan apabila manusia disentuh oleh
suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertobat kepada-Nya,
kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat
daripada-Nya, tiba-tiba sebahagian daripada mereka mempersekutukan Tuhannya,
QS. Al-Hujurat (49):13 ;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا
خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ
إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.
3)
QS. Ali Imran (3):103 ;
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ
ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم
بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم
مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
١٠٣
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
3.
Syamilah ghairu juz’iyyah
Dakwah Islam adalah sesuai dengan nilai Islam sehingga dakwah Islam
harus bersifat syamilah (sempurna). Dakwah tidak boleh juz’iyyah (parsial).
Syamilah dari segi program, aktivitas, tujuan, dan minhaj. Dakwah yang syamilah
juga mencakup bidang tarbiyah, dakwah dan sosial, budaya, politik, ekonomi dan
pertahanan dan keamanan. Aspek ini harus dibicarakan oleh dakwah. Tanpa
membahas masalah ini atau hanya membahas masalah dakwah saja maka dakwah
bersifat juziyah.
Dakwah syamilah juga menekankan peranan dan aktivitas dakwah yang
membahas masyarakat dan keahlian, dakwah juga bertumpu kepada jihad dan
tegaknya syariat. Dakwah syamilah berperan di dalam membangun masyarakat
melalui potensi dirinya.
Pemahaman terhadap dakwah syamilah ini akan membuka pemikiran aktivis
perlunya dakwah dan agar Islam dapat diterima masyarakat. Diterimanya aktivis
oleh masyarakat tentunya mem-punyai beberapa ciri misalnya karena tokoh,
status, kemampuan, kepakaran, dan lain sebagainya. Untuk memcapai ciri ini maka
dari sekarang jamaah dan dakwah sudah memikirkan dan ber-gerak dengan berbagai
bidang.
Dalil:
QS.. Al-Baqarah (2):208 ;
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ
لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٠٨
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke
dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah
setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.
2) QS.
Al-An’am (6):161-162 ;
قُلۡ إِنَّنِي هَدَىٰنِي رَبِّيٓ
إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٖ دِينٗا قِيَمٗا مِّلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۚ وَمَا
كَانَ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٦١ قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي
لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢
Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah
ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama
Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang
musyrik". Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,
4. Mu’ashirah
ghairu taqlidiyah
Dakwah bersifat mu’asirah (kontemporer) dan tidak taqlidiyah (kuno).
Pendekatan dakwah secara minhaj harus
mengikuti asholahnya yaitu Al Qur’an dan Sunnah walaupun ada yang menyebutkan
bahwa pendekatan ini adalah kuno. Tetapi secara uslub seperti wasilah dan
strategi harus canggih dan meng-ikuti perkembangan semasa.
Pendekatan mu’asirah berarti
mengambil situasi dan kon-disi, peristiwa, sikap, keperluan dan kemudian
dikaitkan dengan sasaran. Pendekatan mu’sirah di dalam dakwah misalnya dakwah
dengan internet, power point dan sebagainya.
Peperangan juga dilakukan dengan senjata yang canggih bukan dengan panah
atau pisau, begitu kendaraan tidak dengan kuda atau unta.
Pendekatan taqlidiyah adalah pendekatan kuno yang tidak memperhatikan
perkembangan zaman dan merujuk secara buta kepada sesuatu yang kuno dan mungkin
tidak lagi sesuai dengan keadaan sekarang. Sikap taqlid juga muncul karena
kurangnya pengetahuan sehingga mengikuti sesuatu tanpa pemahaman yang jelas,
atau melaksanakan sesuatu tanpa ilmu.
5.
Mahaliyah wa ‘alamiyah
Dakwah Islam sesuai dengan nilai Islam yang universal. Islam adalah
agama untuk semua manusia dan juga rahmat bagi seluruh alam. Kehadiran Islam
adalah mendunia dan juga untuk kebahagiaan makhluk, khususnya manusia. Dakwah
yang global dan dunia adalah ciri dakwah Islam, oleh karena itu dakwah dan
jamaah juga harus bertaraf internasional. Ummat Islam ada di segala penjuru
dunia maka dakwah dan jamaah pun harus ada di penjuru tersebut. Tandzim dan
jamaah di setiap negeri haruslah berkaitan juga dengan tandzim yang ada di luar
dan menyatu di dalam kekuatan dakwah Islam.
Walaupun dakwah adalah bersifat internasional tetapi operasional kita
adalah mahaliyah (tempat). Tempat dimana kita berada, berdiri, dan menginjakkan
kaki itulah sebagai tempat dakwah kita, tetapi secara fikrah dan hubungan harus
bertaraf internasional. Dengan demikian ta’awun dan kesatuan ummat akan
terwujud.
Jamaah dan dakwah sepakat bahwa ini lebih kepada qotr atau negeri
misalnya jamaah atau dakwah yang sebatas Malaysia dan tidak berhubungan secara
struktur dengan dakwah dan jamaah di luar. Padahal suatu kenyataan yang kita
hadapi bahwa musuh Islam bersifat Internasional, mereka pun bersatu untuk
melawan kita dan menghancurkan secara berjamaah dari berbagai arah di dunia.
Keadaan demikian juga menuntut kita untuk me-lakukan dakwah secara
internasional, selain untuk menghadapi musuh juga untuk menegakkan syari’ah.
Tuntutan dunia ke arah globalisasi juga akan membawa dakwah Islam
dilakukan secara mendunia dan global, terbuka serta universal.
QS. Saba (34):28 ;
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا كَآفَّةٗ لِّلنَّاسِ بَشِيرٗا وَنَذِيرٗا وَلَٰكِنَّ
أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٢٨
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada
umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui
QS. Al-anbiya (21):107;
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ ١٠٧
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam
6.
‘Ilmiyah
Dakwah yang islami adalah dakwah
yang berjalan melalui pen-dekatan ilmiyah, sehingga muncul kesadaran Islam.
Pendekatan kuliah, ceramah, perbincangan, latihan adalah se-bagian usaha
pendekatan dakwah secara ilmiyah. Tanpa pen-dekatan ilmiyah, maka dakwah akan
diikuti oleh mereka yang taqlid, bodoh, tidak sadar dan ikut-ikutan sehingga
akan membahayakan jamaah itu sendiri. Allah SWT melalui firmannya di dalam Al
Qur’an atau Muhammad SAW melalui sabdanya di dalam hadits selalu menekankan
ilmu dan cara pendekatan Qur’an dan Hadits dengan cara ilmiyah yaitu usaha
menyadarkan Islam bukan memaksa dan juga bukan memberikan tekanan. Masalah
tekanan dan paksaan adalah sesuatu yang dilarang oleh Islam. Pendekatan ilmiyah
ini mengajak manusia berfikir dan mengerjakan amalan Islam secara bertahap
mengikuti pe-mahaman dan kesadaran. Cara demikian akan menghasilkan suatu cara
yang sangat efektif dalam membentuk
kesadaran Islam.
Dalil:
1) QS.
Al-Baqarah (2) : 256 :
لَآ إِكۡرَاهَ فِي ٱلدِّينِۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَيِّۚ فَمَن يَكۡفُرۡ
بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ لَا
ٱنفِصَامَ لَهَاۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ٢٥٦
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
7.
Bashirah Islamiyah
Keterangan yang nyata dengan bukti yang jelas dan benar adalah sifat
Islam. Dakwah harus mendasarkan minhaj dan programnya kepada Islam.
Dalil-dalil, rujukan, dan panduan dari Islam adalah ciri dakwah Islam, bukan
minhaj yang berasal dari luar Islam.
Keadaan yang dapat menipu adalah keadaan orang putih yang sudah maju dan
mengeluarkan banyak produknya misalnya masalah manajemen. Hal ini dapat
mempengaruhi kita memakai teori-teori itu tanpa dipilih atau dilihat menurut
Islam. Manaje-men Barat berbeda dengan manajemen Islam. Penerapan manaje-men
Barat ke dalam dakwah dan jamaah Islamiyah adalah suatu yang keliru atau akan
menghancurkan dakwah itu sendiri. Hal ini adalah suatu bukti dari dakwah yang
tidak berdasarkan bashirah Islamiyah.
Masalah yang berkaitan dengan dugaan atau pengalaman yang terbatas juga
akan menghambat sikap kepada bashirah Islamiyah. Oleh karena itu perlu rujukan
yang kuat kepada Islam, sehingga Islam mewarnai gerak dakwah kita.
8.
Mana’ah Islamiyah
Dakwah Islam harus mempunyai ciri-ciri mana’ah (kebal/benteng) Islam.
Untuk mencapai ini maka dakwah ber-orientasi kepada pencapaian penguasaan teori
(istiab nadhori), penguasaan moral (istiab ma’nawi) dan penguasaan amal (istiab
amal).
Penguasaan teori ini dicapai apabila pribadi yang didakwahi diberi bekal
dengan pengenalan kepada prinsip Islam (ma’rifatul mabda’) seperti rukun Islam,
rukun iman, dan prinsip lainnya. Selain itu juga mad’u perlu diberi pengenalan
kepada fikrah (ma’rifatul fikrah) dan pengenalan minhaj (ma’rifatul minhaj).
Penguasaan moral dicapai dengan cara menumbuhkan melalui latihan,
amalan, dan aplikasi yaitu kehendak yang kuat (al wafa tsabit). Sasaran ini
dicapai dengan mengamalkan konsep yang sudah difahami dalam bentuk amal,
biasanya dalam bentuk latihan, tugas, dan program bersama yang dilakukan.
Sedangkan penguasaan amal dicapai dengan gerakan yang terus-menerus
(harakah mustamirah) dan semangat pengorbanan (ruhul bazl). Tadzrib, tamrinat
dan sebagainya adalah cara dakwah mencapai penguasaan amal ini.
9.
Inqilabiyah ghoiru tarqi’iyyah
Perubahan yang dikehendak oleh dakwah adalah per-ubahan yang bertahap di
dalam proses yang dikehendaki untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Perubahan
tidak mendadak dan asal jadi saja tetapi lebih kepada perubahan yang bertahap
(inqilabiyah) mengikuti kemampuan, kepahaman, dan level mad’u.[11]
[1] Definisi-Pengertian.com, Definisi dan Pengertian Hakikat, Artikel, diakses pada Tanggal 01 Oktober 2016, Pukul 21:49 WIB.
[2] Handri David, Pengertian
dan Definisi Tujuan, Artikel, Diakses pada Tanggal 01 Oktober 2016, pukul
21:45 WIB.
[3] A. Susanto. Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistemologis, dan Aksiologis. PT Bumi Aksara, Jakarta : 2014, cet ke 4. h
122-124
[4] Karunia Ilahi, Hakikat Tujuan Dakwah, Makalah, diakses pada tanggal
02 Oktober 2016, pukul 13:38 WIB.
[8]
Asep Muhyiddin dan Agus Ahmad Safei, Metode Pengembangan Dakwah, Pustaka
Setia, Bandung: 2002, h 27.
[11] Al-Asyraf, Makna dan Karakteristik Dakwah, Makalah, diakses pada tanggal 04 oktober
2016, pukul 16:22 WIB.
1XBet, Free Bets & T&Cs | 2xbet, Sportsbook
BalasHapus1Xbet and 1xBet join forces with 충청북도 출장샵 1Xbet and get the latest 1xbet login offers & 대전광역 출장마사지 bonus code 안동 출장안마 for 2xbet and 세종특별자치 출장안마 Sportsbook.